Mereka yang paling berbahagia adalah mereka yang paling sedikit berharap, begitu kata petuah tak bernama. sedikit tidak percaya, tapi akhirnya memilih untuk sepakat. Jika sepakat itu mengurangi debat, lalu aku memilih sepakat.
Tidak mungkin muncul petuah dari seseorang yang tak bernama dan masih bertahan sampai hari ini, jika petuah itu tidak terbukti kebenarannya. Petuah itu bertahan pasti karena suatu alasan. Mungkin karena teruji pada beberapa kenyataan.
Seperti aku di hari ini, masih berkubang dalam kolam bernama harapan. Aku sudah hampir kehabisan nafas, sebentar lagi mungkin mati, tenggelam. Aku pikir kolam ini jernih dan tidak terlalu dalam. Ternyata, kotor, dalam, dan penuh sampah. Sementara aku tidak bisa berenang. Bukan karena tidak mampu, tapi sampah-sampah ini terlalu banyak, bahkan menjerat kaki dan tanganku. Aku tak bisa melepaskannya. Aku terjebak dalam kolam harapan.
Seandainya aku tidak pernah berharap, mungkin aku persiapkan diriku untuk hal buruk semacam ini. Seandainya aku tidak berharap, pasti aku pelajari dulu kolam itu. Jika aku masih ingin berenang di dalamnya, harus aku bersihkan lebih dulu. Tapi aku, manusia yang penuh harap. Kolam kupikir pasti jernih dan aku bisa berenang dengan nyaman di dalamnya.
Aku lupa, bahwa hidup penuh dengan kejutan. Kadang manis, tidak jarang pahit. Seandainya aku tidak berharap pada kolam itu, mungkin aku akan cukup bahagia menemukan pemandangan lain di perjalanan. Tanpa perlu berharap bisa berenang di dalamnya. Tapi aku juga hanya manusia, yang masih asik merancang khayal dari harap yang entah benar atau angan.
Kali ini, aku belajar sekali lagi untuk melepas harap. Aku pikir, aku cukup sederhana dalam harapan. Ternyata, cerita nyata membuktikan, harapanku masih terlalu mewah untuku. Atau haruskah aku hidup tanpa harapan? Sama sekali..
Terdengar menakutkan. Tapi mungkin itu lebih baik.
Selamat tinggal harapan… Ku lepas kamu dengan keikhlasan. Biarlah hidup yang menjawab, apa arti pelepasan ini.. Selamat jalan harapan… Terbang tinggilah!
Petuah bijak dari seseorang tak bernama itu, benar adanya…